Bitter. Sweet. Sour. Spicy.

Sukhoi #2 – Pelajaran #1 di 13 Mei 2012

Posted on: May 14, 2012


13 Mei 2012 – jam 10.00 WIB.

Gw dan sebagian keluarga besar komunitas Indonesia Berkebun menyambangi Angga Tirta yang sudah kembali dari perjalanan mencari ayahnya, salah satu korban Sukhoi SJ 100 (Lihat postingan Sukhoi). Angga menyambut kami semua dengan sebuah cerita yang menurut Syahnaz, istrinya, akan diceritakan untuk ke 6 kalinya! 😀

 

Cerita Angga dimulai dari hari Kamis malam, saat mendapat kabar tentang kecelakaan tersebut. Dia dan salah satu saudara dari ayahnya langsung menuju ke bandara Halim Perdanakusuma untuk menggali informasi lebih banyak. Proses koordinasi (baca: rapat yang agak kurang efektif – menghaluskan bahasa Angga) dilakukan dan Jumat pagi, diputuskan bahwa tim segera diberangkatkan dari titik awal Cidahu.

 

Ketika mau berangkat, tiba-tiba datang informasi bahwa titik awal dipindah ke Cijeruk dengan estimasi perjalanan 2 – 3 jam menuju lokasi kejadian. Angga dan kerabatnya yang bekas anggota Wanadri ingin ikut. Maka bergabunglah mereka dengan pasukan Kujang 2, salah 1 dari 3 pasukan yang dibentuk oleh ABRI.

 

“Gw berangkat pake baju seadanya. Kaos, jeans, sepatu Adidas & jaket. Gw pikir itu cukuplah untuk perjalanan yang hanya 2 – 3 jam.”

 

Ternyata perjalanan itu memakan waktu 2 hari.

 

Kerabatnya Angga menyerah di pos pertama. Angga tetap bersikeras untuk melanjutkan perjalanan dengan semangat ingin bertemu ayahnya. Dia bahkan membawa sebotol air mineral yang sengaja tidak diminum sepanjang perjalanan. “Ini buat Papa, gw mau kasih pas ketemu,” begitu katanya.

 

Dua – tiga jam pun berlalu. Angga dan 5 orang pasukan Kujang 2 terus masuk ke hutan, mencoba mencari lokasi kecelakaan. Sebenarnya Angga sudah lelah, tapi dia tahu, untuk kembali turun sendirian juga agak mustahil. Maka dia “terpaksa” melanjutkan perjalanan. Menurut Angga, saat itu, ketika dia sudah merasa sangat lelah dan tidak sanggup berjalan lagi, mereka selalu menemukan mata air yang jernih. Akhirnya mereka beristirahat sejenak, meminum sedikit airnya (satu ilmu baru: kalo naik gunung, jangan banyak minum, nanti perutnya bisa kram) lalu kembali menyusuri hutan. Di tengah perjalanan, menjelang senja, salah satu anggota pasukan Kujang 2 meminta Angga untuk membuka mata batinnya. Dia bilang, biasanya antar anggota keluarga bisa saling berkomunikasi lewat batin.

 

Angga pun melakukannya.

 

Dia kemudian berwudhu, menunaikan sholat dengan kondisi seadanya, lalu (menurutnya) di sela-sela sholat dia bertanya: “Papa dimana?”

Terdengar suara ayahnya menjawab: “Aku di lereng”

Angga mengulang pertanyaannya: “Papa dimana?”

Ayahnya kembali menjawab: “Aku di lereng”

 

Usai sholat, Angga memberitahu pasukannya. Awalnya dia pikir itu hanya halusinasi. Tapi menurut teman-teman barunya di Kujang 2, itu adalah Papanya yang menjawab.

Mereka pun beristirahat sekitar pukul 7 malam.

 

“Malam disana rasanya lama banget! Asli!”

 

Walaupun tidurnya nyenyak, Angga sempat terbangun beberapa kali dan salah satu alasannya adalah karena tidurnya merosot. Kemiringan gunung lah yang menyebabkan hal itu. Jadi terbayang kan bagaimana hebatnya pasukan penyelamat yang berhari-hari tinggal di hutan? *standing ovation*

 

Saat Subuh, Angga kembali sholat. Dia mengulang pertanyaan yang sama. Jawaban yang didapat juga sama. Tapi kali ini Angga menambahkan: “Aku mau kesana.”

Ayahnya melarang: “Jangan, medannya bahaya.”

Angga masih keukeuh mau kesana dan ayahnya juga keukeuh melarang.

“Aku mau kesana,” Angga mengulang untuk ketiga kalinya.

“Ya sudah, hati-hati.” Akhirnya ayahnya mengizinkan.

 

Perjalanan kembali dilanjutkan. Lucu, yang menjadi petunjuk perjalanan mereka adalah bau jengkol dan pete yang notabene adalah makanan kesukaan ayahnya Angga.

 

“Ah, Papa! Lagi kayak begini masih humoris aja! Kenapa harus bau jengkol dan pete?” (pada saat ini, semua yang dengerin cerita Angga ikut ketawa, miris sekaligus haru.)

 

Mereka pun sampai di puncak lereng lokasi kecelakaan. Angga ditawarkan untuk ikut turun, setelah mencoba sedikit, dia menyerah karena medannya terlalu berat. (sekali lagi, standing ovation untuk tim evakuasi!!)

 

Sebagai sipil pertama yang tiba di lokasi kejadian, Angga berkesempatan untuk melihat temuan-temuan yang berhasil dikumpulkan oleh tim evakuasi. Singkat cerita, Angga berhasil “menemukan” ayahnya di salah satu kamera milik marinir. Hanya selembar SIM, yang entah bagaimana bisa berada di luar dompet, yang biasanya disimpan di dalam saku belakang celana. Sebuah konfirmasi, bahwa ayahnya telah tiada.

 

Angga lalu ikut turun bersama pasukan Kujang 2 untuk kemudian pulang dan menceritakan semuanya kepada keluarga yang menanti di rumah.

=================================

Ini pelajaran yang gw ambil dari cerita diatas:

 

  1. Gw akhirnya bertanya sama diri gw, apakah gw udah cukup dekat sama keluarga (terutama orangtua) untuk bisa spontan melakukan hal yang Angga lakukan?
  2. Kata ustadnya Angga, komunikasi batin hanya bisa dilakukan oleh orang-orang sholeh/sholehah karena mereka memiliki hati yang bersih. Sudahkah gw (dan keluarga gw) termasuk ke dalam golongan orang-orang itu?
  3. Tim evakuasi Indonesia memiliki aksi yang ga kalah hebat dengan mereka yang biasa kita lihat di film-film Hollywood. Daya tahan dan daya juangnya luar biasa. Gw jadi respek sekaligus percaya mereka sanggup menjaga Negara ini agar tetap aman.
  4. Angga seperti sedang menyaksikan film CSI pas tim forensik sedang bekerja. Lagi-lagi gw percaya, kita ini memang bangsa yang hebat.
  5. “Kita punya pasukan yang hebat, tapi management-nya memang masih harus dibenahi.” – that, I couldn’t agree more! 😀
  6. Untuk pertama kalinya gw sholat ghaib. Gw jadi berharap, semoga gw bisa menjadi orang yang cukup baik untuk diingat, sehingga ketika ternyata Tuhan menghendaki gw untuk kembali padaNya dengan cara yang sama seperti ayahnya Angga, akan ada sekumpulan orang yang melakukan sholat ghaib untuk mendoakan gw.
  7. Angga dan keluarga tanpa sadar sudah mengajarkan gw bagaimana harus sabar dan ikhlas terhadap rencana Allah. As cheesy as it might sound, gw akhirnya membandingkan dengan kehilangan yang gw rasakan kurang lebih sebulan yang lalu. Hanya kehilangan cinta dimana suatu saat cinta yang baru akan hadir dan masa depan pun bisa ditata kembali. Sementara mereka? Well, enough said.
  8. Last but not least, gw belajar untuk lebih menyayangi orangtua gw dan lebih menghargai keberadaan mereka. Karena kita ga tau, sampai kapan kita mampu melakukannya.

14 Responses to "Sukhoi #2 – Pelajaran #1 di 13 Mei 2012"

posting yang sangat bagus sekali, dan ternyata banyak hikmah yang bisa didapat dari sebuah musibah
terima kasih sudah mau berbagi disini ya 🙂

“Dia bahkan membawa sebotol air mineral yang sengaja tidak diminum sepanjang perjalanan. “Ini buat Papa, gw mau kasih pas ketemu,” begitu katanya.” ini yg bikin gw nangis ( T T ) dan Salut buat tim evakuasi

Mengharukan :’) aku izin share ya kak..

halo! terima kasih ya udah berbagi kisah mas angga ini di blog. 🙂 awalnya baca dari TL nya teh Indri.
saya baca tulisan ini sama bapak saya nih. jd tambah merinding. :’)

halo! terima kasih ya udah berbagi kisah mas angga ini di blog. 🙂 awalnya baca dari TL nya teh Indri.
saya baca tulisan ini sama bapak saya nih. jd tambah merinding. :’)
bagian botol air mineral buat papah nya bikin T_T banget..

btw, pas saya nulis komen ini.. pas ada mas angga di tvone. :’D

Sama-sama! 🙂 Senang tulisan ini bs bermanfaat u/ orang lain. Salam hormat u/ bapaknya ya! 🙂

Sediiih bacanya, sedih terharu karena pengalaman angga dan sedih karena nyadar kalo masih banyak yg perlu diperbaiki untuk diri sendiri.. Thanks for writing 🙂

Thanks for reading itu, Fit! 🙂 Ayo bersama memperbaiki diri!

[…] membaca tulisan Ester, saya juga membaca blog post dari @beriozka yang menceritakan kisah @anggatirta dalam pencarian ayahnya yang menjadi salah satu […]

Reblogged this on Open the door !! and commented:
Terharu bacanya, banyak2 koreksi dan benahi diri lagi 🙂

Leave a reply to antartika Cancel reply